Ketika aku menangis lampiaskan kesedihan
Ku ambil teman pemberi alunan
Tuk aku bawa larut dalam kesedihan
Dengan penuh titian yg mendakar
Karna satu petikan pada senar
Merah tua bertali hitam
Titik putih di atas papan
Memberi aku kedamaian
Di tengah masalah yang terlandaskan
Jari tangan kiri menekan
Jari tangan kanan ku gesekan
Senandung lagu kepedihan
Aku nyanyikan bersama melodi gitar yang ku mainkan
Semua nada menyatu
Walau luka kian membeku
Tapi rasa di hati tak lagi mengganggu
Dalam perjalanan hidupku
Jika aku hentikan nada
Yang ada hanya tetesan airmata
Yang tersisa hanya luka di dada
Yang melirihkan setiap tahta
Dulu
Ketika mereka masih setia
Ketika mereka masih bisa aku percaya
Merekalah tempat aku bercerita tengtang pilu..
Kini
Mereka telah pergi
Mereka telah menghianati
Mereka telah menyakiti
Sungguh tiba-tiba
Mampu membuat aku menyesal dan tak percaya
Tapi itu hanya biasa
Jika aku bandingkan dengan kemudahan untuk aku percayai mereka
Tutur kata yang berbeda
Sikap keseharian yang jauh dari kepedulian
Canda dan tawa yang tak lagi karuan
Hingga aku akhirnya teracuhkan
Bukan aku berharap kehadiran cinta
Tapi aku hanya ingin berbicara
Namun yang ku dapat hanya hinaan dusta
Dari mulut yang tak pernah di jaga
Aku egois,aku spesimis,aku pengemis
Apa itu yang mereka anggap dari diriku
Hingga mereka bersikap bengis
Dan tak mau berteman denganku
Gitar kesetiaan dalam kesendirian
Telah menyatu dalam bilik-bilik jantung
Menembus serambi-serambi
Hingga meneteskan air mata di pipi
Aku kembali tersenyum
Ketika aku bermain nada depan lensa
Berdiri terdiam
Dalam perjalanan kehidupan
Setelah semua berlalu
Aku kembali langkahkan kaki dalam perpijaran waktu
Menembus kebahagiaan di setiap waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar