Senin, 17 Desember 2012

KU INGIN MENANGIS

Lelah ini...
Membuatku terguncang dan merintih
Sakit ini
Membuatklu putus dengan tawa
Airmata ini
membuatku membenci yang tak ku kehendaki
Dan semua ini
Membuatku merasa akan mati
Lelah...
Hidupku di selubungi masalah
Tak ada lagi sandaran dalam hidupku
Dan kini
Ku ingin menangis

Kamis, 13 Desember 2012

PUISI KEHIDUPANKU

Aku takkan menyerah
Walau aku susah
Aku takkan pasrah
Walau hidupku didalam kerumunan masalah
Aku takkan pernah rela
Hidupku diambang laksana
Dan aku...
Takkan mengtadu pada waktu yang mendiamkanku
Demi sebuah kesengsaran
Bila aku mati...
Ku akan kubur jasadku sendiri
Disana...
Dimana semua orang menilai kejiku
Dan aku tak sudi
Ada airmata dipipi saat nafasku telah terhenti

Kamis, 06 Desember 2012

SECARIK KERTAS YANG AKU MILIKI




            Hidupku mulai terjaga oleh keadaan,bingkai masa kecilku kini kian berlalu.Jika bukan aku yang berusaha mengenakan hati untuk membingkai hidup ini lantas mau siapa lagi,orang lain hanya mengajakku nuntuk bisa menari diatas kisah yang belum aku lewati sembari aku mengooreskan pena disecarik kertas tuk ku jadikan cerita saat usiaku renta.Kenangan ddemi kenangan telah kuperoleh,koni ku harus bisa membuat kenangan itu menjadi sebuah insiprasi hidup untuk membuat orang lain lekas sembuh dari sakit yang ia derita selama mengenalku.Dari sekian banyak kebersamaan,tak selamanya mulus tanpa kebencian,kejengkelan dan mungkin sebuah dendam.Jika bukan aku yang menghargai hidupku dan orang lain lantas siapa lagi yang sudi menjaga cerita yang tertoreh “Indah itu ketika bisa membuat orang lain tersenyum,Bahagia itu saat mampu membuat orang lain tertawa dan berhasil itu saat membuat orang lain tak lagio berputusasa namun tanpa mengorbankan pertasaan sendiri”.Itulah yang selalu aku pegang dalam hidup ini.Masih ku ingat,ketika hari ulang tahunku yang ke-15 tahun saat ayah dan bunda pergi tanpa alasan yang jelas sementara sahabatku jatuh sakit.Bingung yang aku rasakan buykian main,hilang semua konsep hidupku.Hancur...dan hanya kertas-kertas bisu yang setia melihat apa yang kutulis melalui sebuah pena,lalu dinding kamar dan lem yang mengabadikan ceritaku.Sungguh ironis keadaanku saat itu,
            Seminggu setelah kejadian itu,ayah dan bunda datang kerumah membawa boneka kecil.Aku fikir itu untukku namun ternyata itu untuk keponakanku,hal yang membuat airmataku tak pernah berhenti mengalir.Hidupku seolah menjadikan semua orang bebas memanfaatkan keadaanku,tapi aku tetap bersabar dengan keadaan itu,aku selalu berusaha menguatkan hati dan berfikir suatu hari nanti aku akan menjadi orang yang bisa membuat keadaanku berubah.Ku tulis semua kepedihanku dalam kertas
“Tuhan,,,jutaan cahaya bintang itu membuatku mertasa damai,debur ombak itu membuatku tegar dengan keadaan ini,tapi apa yang harus aku lakukan dengan keadaan ini.Apa aku harus mati hari ini jua...Tak ingin ku kembali pada-Mu dalam keadaan seperti ini ,aku bukan pengecut...Berilah aku waktu satu tahun terakhir ini saja untukku bisa memperbaiki hidupku dan membuat orang lain bahagia”.
            Seperti  biasanya setiap malam aku hanya bersembunyi didalam kamar,menyobek kertas kecil lalu mewarnainya dengan deretan kata.Ketika aku hendak membiangkai kata-kata in dah yang ku tulis bunda memanggilku
“Linda....keluar dulu nak,bunda mau bicara padamu” Ujar Bunda
“Iya bun,” Jawabku dengan keluar kamar menuju ruang keluarga
Diruang keluarga ternyata sudah ada Ayah dan Doni (sahabat karibku)
“Eh Doni,datang kapan ? “ Tanyaku
“Sini dulu Lin,duduk sampingnya bunda .” Potong Bunda
Akupun segera duduk disamping bunda
“Datangh 15 menit yang lalu Lin” Jawab Doni dengan penuh keakraban
Berbincang-bincang soal keseharianku dengan Doni menjadikan suasana semakin harmonis,aku yang kebetulan anak tunggal memang terkadang membutuhkan teman yang bisa mengerti karakterku dan akhirnya Donilah yang aku pilih untuk mendengarkan apa yang aku keluhkan,ayah dan bundapun setuju dengan keakrabanku dengan Doni.Tanpa terasa jam dinding menunjukkan pukul 21.00,Donipun berpamitan untuk pulang
“Bu,Pak Doni pulangh dulu yah,,,sudah malam..”  Ujar Doni dengan bangkit dari tempat duduk dan bersalaman
“Lho kok pulang sih Don,nginep ajah disini.Kan kamu sudah seperti saudaraku sendiri,lagian juga rumahmu kan jauh,,,jam segini mana ada bus Don” Kataku dengan maksud menahan Doni pulang.
Entah mengapa ketika dekat denganm Doni semua beban dalam diriku terasa hilang,mungkin karena memang Doni anak yang pengertian dan menerima keadaanku apa adanya.
“Yah..gimana yah “ Lanjut Doni sedikit kebingungan
Ayah dan Bundapun tersenyum
“Ayah...kenapa senyum-senyum gitu,,emang ada yang salah yah ?” Tanyaku
Ayahpun menggelengkan kepala sambil melirik pada Bunda
“Iyah nak Doni,lebih baik tidur disini saja dulu.Biar nanti ibu yang bilang pada oprangtuamu” Ujar Bunda
Tak banyak bicara Donipun menuruti apa yang dikata oleh Bunda.
“Don,minta nomor telfon papahmu,bapak mau bicara pada papahmu biar tidak mencarimu” Kata Ayah.
“Ini pak 085222223333” Lanjut Doni
Aku dan Donipun pergi kekamar untuk beristirahat.Saat masuk kekamar Doni kaget melihat keadaan kamarku yang penuh dengan tempelan kertas berisi kumpulan huruf
“Astaga,,,ini betul-betul kamarmy Lin ?”  Tanya Doni heran
“Yah,.emang ada yang salah ?” Berbalik tanya
Doni menggelengkan kepalanya
Setelah lama berdebat soal keadaan kamar,aku nyalakakan laptop yang sudah sebulan yang lalu tidak aku nyalakan.Donipun langsung mendekat dan berusaha mengambil alih laptop
“Aiitttssss,,mau apa kamu ?“ Berusaha meledek Doni
“Pelit kau,,,,dari kecil kita berteman masih saja kau pelit,,,”. Ujar Doni sedikit marah
“Hehehe..maaf Don,kamu jangan marah dong.” Lanjutku dengan merengek-rengek
Doni langsung mengambil kumpulan novel-novel yang ada di meja belajarku
“Serius kamu mau baca semua dalam waktu malam ini” Ujarku terus meledek
“Diam bawel,,ayo antar aku keluar rumah sebentar”. Desak Doni
“Mau pa ?”. Tanyaku
Doni langsung menarikku keluar rumah.Sesampainya didepan pintu Doni mengambil tas hitam, yang diletakkan dikursi teras rumah
“Apa isinya? “ Tanyaklu lagi
“Taraaaanggggg,,,(dengan mengeluarkan sebuah laptop)...aku juga punya.” Kata Doni dengan penmuhg kebanggaan
“Kamu punya juga yah,,kenapa ngga bilang-bilang ?” Lanjutku
“Suprise dong,ayo masuk..aku ngantuk nih..mau mainan laptop”. Kata Doni dengan berjalan masuk meninggalkanku
Malam itu aku dan Doni menghabiskan waktu untukl bertukar wawasan dari sebuah laptop hingga akhirnya aku tertidur lebih dulu,aku tidur di lantai semntara Doni tidur di sofa ruang tamu karena sebelum tidur aku melarang Doni untuk tidur bersamaku.

            Kebersamaan dari waktu kewaktu membuatku berhenti berfikir negatif tentang hidup,aku terus berusaha menemui jatidirku dan meninggalkan sem,ua kebiasaan burukku yakni terus menangis kala menemui sebuah masalah yang tidak bisa aku selesaikan dalam jangka waktu yang cepat.Satu sekolah,satu kelas dan satu kegiatan ekstrakulikuler membuatku dan Doni menjadi lebih dekat bahkan sampai-sampai banyak orang yang mengiora aku berpacaran dengan Doni namun semua itu aku tanggapi dengan perasaan yang biasa-biasa saja.Kedua orang tua yang sudah saling mengenal juga membuat aku dan Doni tidak pernah merasa takut akan dipisahkan oleh larangan-larangan orang tua.
            Setahun kemudian,tepat pada hari ulang tahunku yang ke-16 Doni menyampaikan beberapa hal penting yang selama ini dia pendam,aku fikir itu soal perasaan namun aku salah ternyata ia menyampaikan apa yang selama ini belum ia ceritakan.Sore itu,ditaman tempat biasa kami bermain Doni duduk dengan wajah yang pucat
“Lin,aku sebagai sahabatmu sangat kagum dengan dirimu,kamu luar biasa Lin..Kamu bisa berubah dan selalu tersenyum meski dirimu tengah sakit atau bahkan dirundung banyak masalah”. Kata Doni dengan penuh pujian
“Kau ini Don,,,mengapa hidup dibuat susah,jika bukan kita yang memberikan warna lalu siapa lagi,,iya bukan??” Lanjutku sambil bersenda gurau
Doni terdiam,beberapa menit kemudian keluar darah dari hidungnya
“Don,Don..Ada apa denganmu,jawab aku Don,,kamu sakit,ayo kedokter..Jangan diam Don”.
“Tidak,(tersenyum lirih)..aku tak apa-apa.Apa kamu ngga mau mencari penggantiku,yang bisa menjagamu selamanya....” Kata Doni dengan mengusap darah dari hidungnya
“Don,berhenti (meneteskan airmata) jangan perlakukan akau seperti ini,aku lelah Don,memangnya kamu mau kemana,apa kau tak sudi mendengarkan keasaanku”.Lanjutku dengan menangis dan bersandar di pohon.Donipun dtang menghampiriku dengan membawa seuntai kertas dan sebatang pena serta 2 kalung liontin
“Lin,inilah waktu terkhirku bersamamu.Aku menyayangimu lebih dari seorang sahabat,alasanku tidak mencari seorang dambaan hati karena aku sudah cukup hanya memilikimu,kamu yang selalu mengerti mengerti apa maksudku,bersamamu dalm melalui waktu ini adalah hal terindah yang kau miliki.darimu aku belajar banyak tentang hidup.Ku ingin persahabatn kita abadi.” Kata Doni dnegan menyerahkan kertas dan pena itu
“Don,aku justru lebih bahagia,kamu selalu menerima aku dengan semua kekuranganku.Dengan apa yang justru bagio orang lain adalah hal yang sangat membebankan..kertas ini akan ku tuliskan perjalanan kita selam ini Don,dan liontin itu yang menjadi saksi betapa susahnya kita mengabadikan persahabatan kita selama ini.” Lanjutku dengan penuh kekhawatiran
“Kita akan mati hari ini dan ditempat ini juga” tanpa sengaja kata itu keluar dari bibirku dan birir Doni
Keadaan sunyi,taku menjadi hilang dan hanya snag senja yang mengindahkan suasana disitu
“Don,,,sebelum kita pergi aku ingin dengarkan kata-kata indah yang sudah ku tulis dalam kertas ini (menujukkan kertyas yang sudah dipenuhi rentepan kata).” Ujarku dengan nafas yang mulai terputus-putus
“Jangan hidup seperti batu yang keras namun mudah untuk dihancurkan
Jangan seperti ombak yang kadang meluapkan amarah melalui terumbu karang ditepian pantai
Jangan seperti angin yang hidup tanpa arah
Tapi hiduplah seperti air sungai yang terus mengarungi jalannya untuk sampai kesebuah muara yang akan membuat kedamaiana yang utuh setelah lelah manjalani sisa perjalanannya”
            Secarik kertas yang aku miliki sangatlah berarti sepanjang hidupku karena dari kertas-kertas itu aku bekajar untuk semakin lebih baik lagi dari waktu kewaktu.Hanya dari sebuah kertas kisah hidup dapat dituangkan,seusang-usangnya kertas bagiku itu adalah sesuatu yang sangat berharga dan aku sadari bahwa hidup itu tidak akan berada dalm satu keadaan saja,semuanya bersifat semu sementara orang-orang yang terkadang membuat amarah menonjol adalah bagian dari warna kehidupan dan semua ujian yang ada adalah bingkai kehidupan yang memeperindah biografi hati meski yang memiliki hati itu telah ditimbun butiran debu .Tuhan tidak akan membiarkan seorang hamba-Nya terus bahagia tanpa usaha dan kerja keras untuk lebih baik lagi.Usai membacakan apa yang ditulis dalam kertas itu aku dan Doni menghembuskan nafas yang terakhir karena waktu telah mengajak kami pulang ke pelukan Tuhan.

MUNGKIN




Bila cinta ini tak bisa membuatmu bahagia
Lepaskan aku ujntuk selama-lamanya
Pergi....Berlari meninggalkanmu
Membuatmu sendiri tanpa cintaku
Tanpa kehadiranku
Tanpa senyumanku
Tapa sandaranku
Mungkin.....
Mungkin saja dia telah menjadi yang terbaik untukmu
Menjadi apa yang kau inginkan
Menjadi sebuah bidadari dalam sunyi
Semantara aku....kau biarkan termakan waktu

ARTI HIDUP



 Terkadang hidup ini membingungkan,adakalanya membawa kesan baik,adakalanya jua membawa kesan membingungkan atau bahkan merasa bahwa hidup tiada kesan yang baik. Apa sesungguhnya makna hidup itu sendiri ? hidup adalah sebuah perjanjian dimana seseorang akan berjanji untuk dapat memperbaiki hidupnya,jika ia berjanji untuk dapat lebih baik namun janjinya tak dapat ia tepati dengan baik,maka sia-sialah yang ia dapatkan.Hidup diibaratkan dengan sebuah aliran sungai dimana seeorang akan mengarungi aliran sungai (jalan hidup), mengapa manusia dikatakn seperti air sungai ?? mengapa tak seperti bintang atau bulan atau bahkan yang lain. Tahukah kita mengapa air itu keruh ? tentu karena adanya lumut,tanah atu bahkan kotoran yang menyatu hingga air itu menjadi keruh,tak bersih...begitupun dengan manusia, adanya nafsu,adanya rasa dendam yang menghadang tentu akan membuat kesuciannya menjadi sebuah noda,noda kecli yang jika di tampung tentu akan membebani.Kembali dalam perumpaan tentang hidup, sadarkah kita air sungai terus mengalir,mengarungi jalan yang ada,jalan yang memberi ia kesempatan untuk dapat menempuh nuansa yang baru demi mencapai sebuah tempat yang mendamaikan hati.Melawan rintangan dengan besarnya arus (semangat). Itulah kita,yang digambarkan melalui sebuah contoh yang bisa di katakan sesuatu yang tidak masuk akal dan tampak konyol,Air sungai tak ada yang jernih. Semuanya memiliki kotoran meskipun itu tak tampak oleh mata kita, begitupun manusia tak ada yang sempurna dan tak ada yang lahir tanpa kesalahan .


Kita harus tetap berjalan tanpa menghentikan langkah atau meminta waktu untuk kembali.Karena dengan perjalanan itu kita bisa cepat sampai ketempat peristirahatan yang mendamaikan jiwa. Yaitu kematian,di samping itu selama berada dalam perjalanan tak luputnya kita harus berdoan dan ingat bahwa di esok kemudian hari kita akan mati




so...Kita harus pandai-pandai mengambil  hikmah yang terkandung dalam kehidupan kita tanpa memisahkan itu yang terbaik atau itu yang terburuk.Dan bertingkahlah seperti panah yang terus meluncur untuk mencari satu titik yang akan ia jadikan tempat terakhir berjalan.

Rabu, 01 Februari 2012

REMBULAN

Kala malamku mulai tiada sedu tawa
Kala senyumku mulai berbuah pilu
Semua renungan menggunjam teriakan histeris
Melumpuhkan semua kekerasan jiwa
Hilang...
Rembulan berbahu kelam
Cahayanya mengundang kesedihan
Bayangnya menaruh kegelisahan
Seperti aku yang mulai kehilangan kontrol kehidupan

Rabu, 25 Januari 2012

LUPUT




Aku dalam kebimbangan
Hidupku dalam kehampaan
Rasaku dalam renung-renung rimba
Jiwaku mulai hilang terbawa gaya


Aku melangkah jauh
Jauh...jauh dari keramaian
Hidupku hancur berantakan
Tak berbentuk bagai serpihan kaca
Yang terpecah belah

Bagiku...
Hidup ini menyakitkan
Hingga aku tak pernah bisa menemukan kebahagiaan
Diatas luka yang tergenggam

Rabu, 11 Januari 2012

Simpuhku

 

Ku mengadu...
Atas dosa yang ada dalam diriku
Ku bersimpuh...
Mengharap apa yang dijanjikan


Penyesalanku tiada akhir
Tapi keputusasaanku tetaplah mengalir
Kesalahanku telah menghantui mimpi
Bagai misteri yang penuh teka-teki


Adakah ruang yang bisa aku tempati
Sebagai hasil hidup selama ini
Alangkah abadinya kebahagiaan hati
Ketika surga aku tempati


Layakkah aku menghuninya
Menahan panasnya api yang membara
Ingin..
Aku tinggalkan kehancuran diri ini