Berkedipnya cahaya bintang di kegelapan malam
Saat ini tak lgi menghanyutkanku dalam kelelapan
Bisiknya ranting pohon yang bergesekan
Menengadahkanku dalam hasrat kerinduan
Malam yang tak begitu indah
Namun mampu membuatku tak lagi gelisah
Sebuah nada-nada yang indah
Memberiku ketenangan dalam setiap langkah
Ku teringat kala ibu menemaniku
Di saat aku tak lelap dalam tidurku
Di kala aku meneteskan air mataku
Yang berikan kedekatan dalam keraguanku
Dalam hayalanku
Ku tergerak untuk ungkapkan kerinduanku
Dalam secarik kertas biru
Dengan sebuah pena kesayanganku
Dalam kertas itu
Ku tuliskan nama ibu
Ku goreskan pena hitam kelam itu
Membentuk kata seperti yang ada dalam kekosonganku
Ku teteskan air mata kerinduan
Ku sisipkan senyuman dalam bait-bait ketidak nyamanan
Seiring ku rebahkan badan di atas papan
Yang ada di halaman taman
Ku buang semua kesedihanku
Ku tujukan hanya untuk mengenang kenanganku bersama ibu
Ketika dia masih menjaga dan menemaniku di setiap waktu
Satu yang ku benci darinya
Ketika aku harus hidup tanpanya
Dia hanya bisa beriku seuntai kata
Dan sepercik air mata
Di saat aku ingin slalu bersama
Badai perpisahan datang menghampiri kami berdua
Nafas dan denyut nadinya terhenti seketika
Lemas kaku tubuhnya terlentang tak berdaya
Betapa menangis histerisnya aku
Melihat ibuku terbujur kaku
Tanpa pedulikan aku dan ayahku
Untuk pergi dari kehidupanku
Hancur tak kepalang
Harap dan semangat hilang
Seketika ibu di masukan dalam liang
Yang ku bayang tak ada cahaya penerang
kini..
Ku ingat kembali rasa sayangnya di sini
di tempat yg penuh sunyi dan sepi
dengan rangkaian memori q sendiri
Dngan derai air mata yg mengalir di pipi
Ku berteriak
Memanggil ibu
Tapi yg ku dapat hanya luka yg lunak
Karna kisah itu kini satunya tertimbun debu
Saat ini tak lgi menghanyutkanku dalam kelelapan
Bisiknya ranting pohon yang bergesekan
Menengadahkanku dalam hasrat kerinduan
Malam yang tak begitu indah
Namun mampu membuatku tak lagi gelisah
Sebuah nada-nada yang indah
Memberiku ketenangan dalam setiap langkah
Ku teringat kala ibu menemaniku
Di saat aku tak lelap dalam tidurku
Di kala aku meneteskan air mataku
Yang berikan kedekatan dalam keraguanku
Dalam hayalanku
Ku tergerak untuk ungkapkan kerinduanku
Dalam secarik kertas biru
Dengan sebuah pena kesayanganku
Dalam kertas itu
Ku tuliskan nama ibu
Ku goreskan pena hitam kelam itu
Membentuk kata seperti yang ada dalam kekosonganku
Ku teteskan air mata kerinduan
Ku sisipkan senyuman dalam bait-bait ketidak nyamanan
Seiring ku rebahkan badan di atas papan
Yang ada di halaman taman
Ku buang semua kesedihanku
Ku tujukan hanya untuk mengenang kenanganku bersama ibu
Ketika dia masih menjaga dan menemaniku di setiap waktu
Satu yang ku benci darinya
Ketika aku harus hidup tanpanya
Dia hanya bisa beriku seuntai kata
Dan sepercik air mata
Di saat aku ingin slalu bersama
Badai perpisahan datang menghampiri kami berdua
Nafas dan denyut nadinya terhenti seketika
Lemas kaku tubuhnya terlentang tak berdaya
Betapa menangis histerisnya aku
Melihat ibuku terbujur kaku
Tanpa pedulikan aku dan ayahku
Untuk pergi dari kehidupanku
Hancur tak kepalang
Harap dan semangat hilang
Seketika ibu di masukan dalam liang
Yang ku bayang tak ada cahaya penerang
kini..
Ku ingat kembali rasa sayangnya di sini
di tempat yg penuh sunyi dan sepi
dengan rangkaian memori q sendiri
Dngan derai air mata yg mengalir di pipi
Ku berteriak
Memanggil ibu
Tapi yg ku dapat hanya luka yg lunak
Karna kisah itu kini satunya tertimbun debu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar